Life, Love, Learn..


Jangan biarkan damai ini pergi..
Jangan biarkan semuanya berlalu..

***
 


It’s a second time you hurt me so deep, dear..

Cuma kata itu yang terucap dalam hati menahan rasa yang entah kenapa terasa perih teramat dalam.
Masih dengan cerita anak yang sama.. Anak usia belasan tahun yang ‘lagi-lagi’ membuat saya.. (entah kata apa yang bisa mewakili perasaan saya saat ini).
Apalah lagi yang saya bisa bilang tentang anak ini. Semua seperti sudah terkuras habis, entah bersisa atau tidak..
Anak ini. Ya.. Cuma anak ini! Ga ada yang lain.
Terlalu istimewa.
Teramat sangat special.
Bahkan ketika cuma sakit yang dia bisa kasih saat ini..

Saya. Masih disini. Tidak berubah, tidak sejengkal pun berubah. Masih saja menyayangi anak ini.
Yang saya tahu ada sekian banyak hal yang mampu berubah dalam hidup, tapi tidak dengan janji saya terhadap diri saya sendiri. Sebuah janji, ketika saya merasa ada sekian banyak cinta yang mengalir untuk saya dari hatinya yang berada jauh disana. Hati yang sulit sekali tergapai, hati yang membentangkan tembok-tembok yang dia lindungi untuk tidak tersentuh oleh siapapun. Hati yang saat itu saya tahu penuh dengan kebaikan yang tidak dibiarkannya menyentuh banyak orang. Termasuk saya.

Sebuah janji.. untuk selalu menyangi kamu dengan sepenuh hati saya.

Mungkin ada baiknya dia tahu, bahwa dia adalah salah 1 sumber kebahagiaan saya. Sumber syukur saya atas hidup. Lagi-lagi saya katakan bahwa saya belajar dari kamu hai anak kecil yang sedang beranjak remaja! Iya. Kamu. Kamu, yang membawa saya kepada keputusan-keputusan luar biasa dalam hidup saya yang tidak terbersit sebelumnya; meninggalkan zona nyaman saya (termasuk meninggalkan kamu), mengejar mimpi, belajar bahwa selalu ada harapan yang layak diperjuangkan.. Hai kamu, kamu yang membukakan mata saya akan hal-hal ini. Dan saya tahu, saya selalu punya alasan menyayangi kamu, melebihi diri saya sendiri mungkin..

Dan mugkin seharusnya saya sadar, bahwa ada banyak alasan untuk dia membenci saya.
Melupakan waktu singkat yang pernah menjadi hari-hari yang paling ditunggu.
Mungkin kamu kecewa ketika saya putuskan untuk pergi menjauh dari hari-hari kamu.
Hari-hari yang sebernarnya selalu saya tunggu setidaknya sekedar mendengar kabar dan cerita singkat dari kamu.
Kamu diam dan sekarang kamu memutuskan untuk pergi, menjauh.. dan berlalu begitu saja.

Saya tidak menyesal. Hanya sedikit merasa gagal..
Merasa tidak mampu membuat kamu mengerti, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kamu lakukan sesuka hati kamu.
Ada banyak hati yang juga ingin diperjuangkan oleh kamu.
Ada banyak keinginan yang tidak bisa tertuangkan dalam kata.
Ada banyak harapan dari setiap doa yang terpanjatkan untuk kamu.
Mengertilah, berusahalah untuk mengerti jika hatimu tergerak..
Runtuhkan sejenak angkuhmu itu..

Merasa miris didetik-detik menjelang takbir. Detik dimana saya berharap segala kebaikan menyerap didalam diri saya, detik dimana saya berharap hidup membawa saya kearah yang lebih baik. Detik dimana saya berharap tidak ada benci dan prasangka. Mungkin memang ‘lagi-lagi’ saya harus belajar ikhlas, bahwa ga semua dalam hidup bisa berada dalam kendali saya.

Pada akhirnya, ini cara saya mengutarakan maaf saya. Jalan maaf yang kamu tutup di setiap pintunya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri..
Semoga kembali Fitri
Jika maaf bisa mengalir maka izinkan dia mengalir untuk sekedar mengucap maaf untuk kamu.
Saya berserah, kiranya Allah berkenan membukakan hati
Membasuh setiap perih
Menghapus setiap luka..


“Semoga hari-harimu membawa kebahagiaan yang kamu mau wahai anak luar biasa.. Saya sayang kamu dan akan selalu peduli sama kamu.. Apapun yang terjadi.” :')


****

Categories:

Leave a Reply