12.20 on the 5th floor
Breaktime.
1 waktu yang paling saya nikmati. 1 hal yang paling saya suka dr sekolah ini, adalah memberi kebebasan bagi mereka (anak-anak) untuk bermain, apapun itu, sekalipun bola. waktu untuk bersama, berbagi keriangan, bahagia.
Wajah merona, sengatan matahari, keringat tidak akan menjadi alasan, tidak akan membatasi dunia mereka. Dunia bermain.
Dunia yang tidak akan pernah kehilangan eksistensinya.
Tidak ada alasan untuk tidak jatuh cinta pada anak2 ini. :)
Saya sadar, masa lalu mungkin saja kembali..
dalam bentuknya yang berbeda..
Dan kamu, seperti memaksa saya menarik mundur ingatan saya pada 13 tahun yang lalu..
dalam bentuknya yang berbeda..
Dan kamu, seperti memaksa saya menarik mundur ingatan saya pada 13 tahun yang lalu..
Jangan
biarkan damai ini pergi..
Jangan
biarkan semuanya berlalu..
***
It’s a second time you hurt me so deep, dear..
Cuma kata
itu yang terucap dalam hati menahan rasa yang entah kenapa terasa perih teramat
dalam.
Masih dengan
cerita anak yang sama.. Anak usia belasan tahun yang ‘lagi-lagi’ membuat saya..
(entah kata apa yang bisa mewakili perasaan saya saat ini).
Apalah lagi yang
saya bisa bilang tentang anak ini. Semua seperti sudah terkuras habis, entah bersisa
atau tidak..
Anak ini. Ya..
Cuma anak ini! Ga ada yang lain.
Terlalu
istimewa.
Teramat
sangat special.
Bahkan
ketika cuma sakit yang dia bisa kasih saat ini..
Saya. Masih disini.
Tidak berubah, tidak sejengkal pun berubah. Masih saja menyayangi anak ini.
Yang saya
tahu ada sekian banyak hal yang mampu berubah dalam hidup, tapi tidak dengan
janji saya terhadap diri saya sendiri. Sebuah janji, ketika saya merasa ada
sekian banyak cinta yang mengalir untuk saya dari hatinya yang berada jauh
disana. Hati yang sulit sekali tergapai, hati yang membentangkan tembok-tembok
yang dia lindungi untuk tidak tersentuh oleh siapapun. Hati yang saat itu saya
tahu penuh dengan kebaikan yang tidak dibiarkannya menyentuh banyak orang.
Termasuk saya.
Sebuah janji..
untuk selalu menyangi kamu dengan sepenuh hati saya.
Mungkin ada
baiknya dia tahu, bahwa dia adalah salah 1 sumber kebahagiaan saya. Sumber
syukur saya atas hidup. Lagi-lagi saya katakan bahwa saya belajar dari kamu
hai anak kecil yang sedang beranjak remaja! Iya. Kamu. Kamu, yang membawa saya
kepada keputusan-keputusan luar biasa dalam hidup saya yang tidak terbersit
sebelumnya; meninggalkan zona nyaman saya (termasuk meninggalkan kamu),
mengejar mimpi, belajar bahwa selalu ada harapan yang layak diperjuangkan.. Hai
kamu, kamu yang membukakan mata saya akan hal-hal ini. Dan saya tahu, saya
selalu punya alasan menyayangi kamu, melebihi diri saya sendiri mungkin..
Dan mugkin
seharusnya saya sadar, bahwa ada banyak alasan untuk dia membenci saya.
Melupakan
waktu singkat yang pernah menjadi hari-hari yang paling ditunggu.
Mungkin kamu
kecewa ketika saya putuskan untuk pergi menjauh dari hari-hari kamu.
Hari-hari
yang sebernarnya selalu saya tunggu setidaknya sekedar mendengar kabar dan cerita singkat dari kamu.
Kamu diam dan
sekarang kamu memutuskan untuk pergi, menjauh.. dan berlalu begitu saja.
Saya tidak
menyesal. Hanya sedikit merasa gagal..
Merasa tidak
mampu membuat kamu mengerti, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kamu lakukan
sesuka hati kamu.
Ada banyak
hati yang juga ingin diperjuangkan oleh kamu.
Ada banyak
keinginan yang tidak bisa tertuangkan dalam kata.
Ada banyak
harapan dari setiap doa yang terpanjatkan untuk kamu.
Mengertilah,
berusahalah untuk mengerti jika hatimu tergerak..
Runtuhkan
sejenak angkuhmu itu..
Merasa miris
didetik-detik menjelang takbir. Detik dimana saya berharap segala kebaikan
menyerap didalam diri saya, detik dimana saya berharap hidup membawa saya
kearah yang lebih baik. Detik dimana saya berharap tidak ada benci dan
prasangka. Mungkin memang ‘lagi-lagi’ saya harus belajar ikhlas, bahwa ga semua
dalam hidup bisa berada dalam kendali saya.
Pada
akhirnya, ini cara saya mengutarakan maaf saya. Jalan maaf yang kamu tutup di
setiap pintunya.
Selamat Hari Raya
Idul Fitri..
Semoga kembali Fitri
Jika maaf bisa
mengalir maka izinkan dia mengalir untuk sekedar mengucap maaf untuk kamu.
Saya berserah,
kiranya Allah berkenan membukakan hati
Membasuh setiap
perih
Menghapus setiap
luka..
“Semoga
hari-harimu membawa kebahagiaan yang kamu mau wahai anak luar biasa.. Saya sayang kamu dan akan
selalu peduli sama kamu.. Apapun yang terjadi.” :')
****
Masih disini, duduk terdiam.
Mengasingkan diri, menjauh menyepi menyusur lorong sunyi.
Mencari sang penghuni yang masih saja diam tak bergeming.
Memaki malam yang tak ingin beranjak terang.
Masih terluka.. Terhunus dalam..
Terbenam perih.
Ingin pulang.
Mencari arah menuju damai.
Berhenti bergemuruh dengan amarah terpendam.
Lelah dipersimpangan jalan yang tidak tentu arah.
Jengah dengan liku yang tidak pasti.
Dimana sang pimilik hati..
Mengapa masih terdiam menahan perih.
Terabai oleh sepi yang membunuh.
Diam menahan dera tak berpenghujung.
Kembali pulang..
Dimana jalan pulang?
****
Mengasingkan diri, menjauh menyepi menyusur lorong sunyi.
Mencari sang penghuni yang masih saja diam tak bergeming.
Memaki malam yang tak ingin beranjak terang.
Masih terluka.. Terhunus dalam..
Terbenam perih.
Ingin pulang.
Mencari arah menuju damai.
Berhenti bergemuruh dengan amarah terpendam.
Lelah dipersimpangan jalan yang tidak tentu arah.
Jengah dengan liku yang tidak pasti.
Dimana sang pimilik hati..
Mengapa masih terdiam menahan perih.
Terabai oleh sepi yang membunuh.
Diam menahan dera tak berpenghujung.
Kembali pulang..
Dimana jalan pulang?
****
Saya pikir sudah mati, tp ternyata hnya mati suri.
Kembali mengusik..
Lagi-lagi terusik..
Kembali mencari naungan..
Menebar harapan.
Meratap penuh harap.
Kali ini saja..
Tunjukan arahnya..
Kali ini..
Saya berserah kali ini.
Berharap Sang pemilik hati berkenan menggerakkan hati.
****
Senin, 6 agustus 2012
Menyempatkan diri menulis seusai saur dan sebelum manarik sehelai handuk.
Pagi ini, sama seperti pagi-pagi biasanya, ga jauh beda, msh dg rutinitas yang sama.
Yang membedakan hanya pikiran-pikiran yang terus menerawang seusai percakapan dengan beberapa anak tadi malam.
Masih saja ada yang mempertanyakan "keputusan saya resign dari tempat kerja yang lama".
Tuhan, bagaimana menjelaskan kepada mereka dengan bahasa yang mungkin mereka mengerti.
Lebih sering dibuat merasa bersalah, karena dinilai egois dan tidak peduli dengan banyak hati "yang sudah terlanjur menyayangi saya dg sepenuh hati mereka"
"separuh hati saya masih tertinggal disana, bersama mereka.."
Mrs come n go kalau kata murid saya mah, bentuk kekecewaankah statement ini?
Dsisi lain, seorang anak meminta penjelasan detail ttg keputusan ini..
Tersenyum dalam hati,
Mungkin suatu saat km akan mengerti..
Betapa saya selalu ingin menjadi "super hero" untuk kalian dan untuk diri saya sendiri disaat yang bersamaan.
Tapi terkadang hidup memaksa kita untuk memilih..
Pilihan yang tampak diluar logika, ketika dsaat yang bersamaan hati saya tetap bersama kalian.
Mungkin benar kalimat yang menyatakan; mencintai tidak harus memiiki..
Inilah mungkin bahasa cinta saya untuk kalian yang tidak kalian mengerti (untuk saat ini).
Menyempatkan diri menulis seusai saur dan sebelum manarik sehelai handuk.
Pagi ini, sama seperti pagi-pagi biasanya, ga jauh beda, msh dg rutinitas yang sama.
Yang membedakan hanya pikiran-pikiran yang terus menerawang seusai percakapan dengan beberapa anak tadi malam.
Masih saja ada yang mempertanyakan "keputusan saya resign dari tempat kerja yang lama".
Tuhan, bagaimana menjelaskan kepada mereka dengan bahasa yang mungkin mereka mengerti.
Lebih sering dibuat merasa bersalah, karena dinilai egois dan tidak peduli dengan banyak hati "yang sudah terlanjur menyayangi saya dg sepenuh hati mereka"
"separuh hati saya masih tertinggal disana, bersama mereka.."
Mrs come n go kalau kata murid saya mah, bentuk kekecewaankah statement ini?
Dsisi lain, seorang anak meminta penjelasan detail ttg keputusan ini..
Tersenyum dalam hati,
Mungkin suatu saat km akan mengerti..
Betapa saya selalu ingin menjadi "super hero" untuk kalian dan untuk diri saya sendiri disaat yang bersamaan.
Tapi terkadang hidup memaksa kita untuk memilih..
Pilihan yang tampak diluar logika, ketika dsaat yang bersamaan hati saya tetap bersama kalian.
Mungkin benar kalimat yang menyatakan; mencintai tidak harus memiiki..
Inilah mungkin bahasa cinta saya untuk kalian yang tidak kalian mengerti (untuk saat ini).
Rasanya,
Saya rindu mengenal kamu seperti yang saya kenal dulu
Seperti saat kita bersama.
Dan ruang kosong itu akan tetap terasa penuh
Ketika saya mengingat kamu.
Membiarkannya tetap kosong,
Mepersilakan kamu untuk kembali, kapanpun kamu mau.
Ruang itu disana..
Disudut hati
Sudut yang pernah kamu hias dengan warna-warni dunia.
Sudut yang selalu jadi kebanggaanku
Sudut yang menjadi salah 1 sumber syukurku atas hidup.
Saya rindu dan ini ruang rindu yang saya sediakan untuk kamu.
Kembalilah kapanpun kamu mau.
Karena disanalah kebahagiaan saya berada.
Kembalilah jika kamu mau..
Karena kamulah si pemilik. Bukan yang lain.
***